Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 26 Juni 2015

Buku Ayah, Haru Biru Cinta Sejati





Andrea kembali hadir menyapa penggemar karya-karyanya lewat buku terbaru “Ayah”. Saya pertama kali mengetahui tentang buku ini dari akun sosmed Penerbitnya, Bentang Pustaka. Langsung antusias. Begitu PO nya dibuka, saya segera memesan di TBO langganan. Selain bisa baca lebih cepat (sehari sebelum rilis bukunya udah nyampe di tangan), bonus tanda tangan penulis juga menggiurkan.
Ayah berkisah tentang cinta sejati. Cinta seorang lelaki yang tidak berbalas, juga cinta seorang ayah yang tidak terbatas.

Sabari tidak peduli akan cinta dan selalu meledek kawan-kawannya yang jatuh cinta pada banyak wanita. Hingga suatu hari, ujian masuk SMA mengubahnya. Seorang gadis mencontek lembaran jawabannya dan meninggalkan sebatang pensil untuk Sabari. Pensil itu kemudian menemani malam-malam sabari melamunkan Purnama Dua Belas yang dicintainya. Ia jatuh cinta, pada Marlena si Purnama Dua Belas, sang pemilik pensil.
Sayangnya Marlena tidak pernah peduli padanya. Segala upaya dilakukan Sabari untuk merebut hati Marlena namun tidak pernah berhasil. Sebaliknya Marlena makin beci pada Sabari. Walaupun begitu Sabari tidak dapat berhenti mencintainya tak peduli tahun demi tahun berlalu. Sabari terus memperjuangkan cintanya. Hingga kemudian Sabari bekerja di tempat ayah Marlena hanya untuk bisa melihat Marlena setiap harinya. Sabari bahkan menawarkan diri menikahi Marlena yang hamil akibat pergaulan bebas. Demi cinta ia rela menumbalkan diri. Pernikahan pun berlangsung meski Marlena tetap tidak sedikit pun peduli pada keberadaan Sabari.

Sabari begitu gembira ketika Marlena melahirkan. Ia yang merawat dan mengasuh bayi yang dia namakan Zorro. Sabari yang menyukai puisi mengajarkan kata-kata pada anaknya. Dia rajin membacakan cerita. Sabari menemukan kebahagiaan sari perannya sebagai ayah sekaligus ibu bagi Zorro. Tetapi kebahagiaan itu tidak lama. Marlena menggugat cerai Sabari, lalu membawa pergi Zorro.
Ditinggal Zorro, hidup Sabari terjungkal. Ia dilanda kesedihan mendalam dan perlahan-lahan menarik diri dari lingkungan. Ia menjadi separuh tak waras. Dua sahabatnya, Tamat dan Ukun tidak tega melihat kondisi Sabari. Mereka memutuskan mencari Marlena dan Zorro. Dan kisah itu berakhir indah.

Andrea bercerita dengan gayanya yang khas. Banyak selipan ‘kata-kata cerdas’ dan tak ketinggalan humor-humor segar. Buku ini selain menghadirkan kisah yang menyentuh dan menghibur juga menyelipkan banyak makna dan pesan. Menganjurkan kita untuk menyukai puisi dan sastra, melakukan perjalanan (traveler), serta menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Saya sendiri sangat terkesan dan klik dengan penggambaran sahabat pena dan Lady Diana. Dikisahkan Marlena gemar bersahabat pena. Dalam pelariannya ia mengunjungi para sahabat penanya. Ini mengingatkan saya akan kegemaran bersahabat pena semasa kecil yang sayangnya kini tidak lagi dilakukan.
Kampung tempat Tamat dan Ukun menemukan Marlena dan Zorro, para penduduknya sangat mencintai Lady Diana. Dulu di masa kecil aku juga sangat mengagumi sosok Putri Diana. Jadi saya merasa ada keterkaitan nostalgia.. hehehe.. :D

“Biarkan aku mencintaimu, dan biarkan waktu menguji”
“Hidup ini dipenuhi orang-orang yang kita inginkan, tetapi tidak menginginkan kita, dan sebaliknya.”
“Jangan bersedih, waktu mengambil seorang sahabat. Waktu akan menggantikannya dengan sahabat yang lain. Berdamailah dengan waktu karena waktu akan menumbuhkan dan menyembuhkan”
“Mereka menemukan kesan yang amat baik tetntang sahabat pena. Mengapa dewasa ini tiada lagi orang yang bersahabat pena?”